Sabtu, 12 April 2008

Jangan salah pilih Menko Perekonomian !

[Bisnis Indonesia] Boediono sudah diputuskan segera� menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI). Pertanyaannya, siapakah yang akan menggantikannya menjadi Menko Perekonomian?

Sejumlah spekulasi muncul dan sejumlah nama menteri diusung untuk menggantikan posisi Boediono.

Tentu saja, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus berhati-hati agar jangan salah memilih orang untuk menempati posisi tersebut.

Diperlukan berbagai pertimbangan yang mendasar, termasuk faktor senioritas dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) ini.

Hal ini penting dilakukan, karena posisi tersebut sangat strategis dan penting untuk memuluskan koordinasi di antara para menteri perekonomian KIB.

Mudah-mudahan Presiden atau Wakil Presiden tidak salah memilih Menko Perekonomian yang baru.� Semoga.

Senin, 07 April 2008

Komisi XI DPR Setujui Boediono Menjadi Gubernur BI

[Menko Kesra] - Komisi XI DPR RI memutuskan untuk menjadikan Boediono sebagai Gubernur Bank Indonesia dalam rapat internal di Jakarta, Senin, setelah 46 anggota komisi yang hadir menyetujui keputusan itu lewat pemungutan suara secara tertutup. "Posisinya 45 anggota menyetujui sebagai Gubernur BI, satu menolak. Inilah proses demokrasi yang kita lakukan. Dengan demikian selesailah proses pemilihan Gubernur BI," kata Ketua Komisi XI DPR RI Awal Kusumah dalam konferensi pers mengenai hasil keputusan rapat internal.

Keputusan itu diambil sesudah Komisi XI mengadakan uji kelayakan dan uji kepatutan selama kurang lebih enam jam. Awal mengatakan keputusan tersebut nantinya akan dibawa ke Badan Musyawarah DPR dan rapat paripurna hari Kamis (10/4).

Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Drajat A Wibowo merupakan satu-satunya anggota Komisi XI yang memberikan suara menolak Boediono sebagai Gubernur BI. "Saya tidak sepakat dengan pilihan kebijakan dan juga belum jelum jelas jawaban tentang BLBI," katanya.

Kamis, 15 November 2007

Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2008 Capai 6,4 Persen

[Antara] - Indonesia diprediksi bakal mengalami kenaikan tajam pada konsumsi domestik dan investasi pada 2008 sehingga ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih cepat dari 6,3 persen pada 2007 menjadi 6,4 persen.

"Kami perkirakan, momentum ekonomi dan laju petumbuhan ekonomi yang tinggi, disertai dengan kenaikan investasi pemerintah bakal dapat mempertahankan prospek positif ekonomi Indonesia pada tahun depan, meskipun ada perlambatan global," ungkap Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Joachim von Amsberg, di Jakarta, Kamis, saat menyampaikan hasil tinjauan semesteran terbaru Bank Dunia tentang ekonomi Asia Timur dan Indonesia.

Joachim menambahkan, situasi makroekonomi yang kondusif akan membuka kesempatan reformasi pada sektor mikro. "Reformasi untuk memperbaiki iklim investasi akan dapat menumbuhkan investasi dengan cepat sehingga membuka lapangan kerja baru, kompetisi yang lebih terbuka, dan kenaikan pendapatan untuk menekan kemiskinan," ujarnya.

Kamis, 07 Juni 2007

Prospek Ekonomi di Genggaman Investor

[Fiskal] - "Katanya [perekonomian] makin membaik, tapi kok supir taksi dan pedagang pasar Kopro masih ngeluh saja ya," seorang rekan berkomentar pendek ketika membaca bagian dari The Economic Overview dalam The Report: Emerging Indonesia 2007 yang dirilis Oxford Business Group.

Kemarin, Oxford Business Group-organisasi penerbitan, riset, dan layanan konsultasi asal Inggris-menggelar konferensi pers tentang terbitnya laporan itu, yang peluncurannya dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Penerbitan laporan yang digarap oleh Oxford ini bertujuan sebagai panduan bagi komunitas investor internasional tentang kondisi Indonesia yang semakin kompetitif sebagai tujuan investasi. Laporan itu menyebutkan bahwa prospek perekonomian Indonesia pada 2008 sangat cerah dengan angka pertumbuhan yang terus meningkat.

Dengan pertumbuhan yang pelan tapi pasti terus meningkat, pada akhirnya membuka ruang bagi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk menurunkan suku bunga.

Diharapkan pada akhir tahun ini suku bunga dapat berada di bawah 8%, sehingga akan mendorong masuknya investasi dan consumer spending.

Kamis, 24 Mei 2007

Perbankan Hanya Mampu Biayai Investasi 2008 Rp152,72 Triliun

[Antara] - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda Goeltom mengatakan bahwa perbankan hanya mampu membiayai investasi tahun 2008 sebesar Rp152,72 triliun atau setara pertumbuhan investasi 24 persen pada 2008.

NIlai tersebut lebih rendah dari target pemerintah yang menginginkan pertumbuhan pembiayaan investasi oleh perbankan mencapai 33 persen yang membutuhkan pembiayaan bank Rp210 triliun.

"Kalau kita lihat bahwa rencananya sampai Rp210 triliun sumbangan dari perbankan untuk pembiayaan investasi yang sebesar Rp1,296 triliun (pada 2008), maka kalau dipilah-pilah sumbangan perbankan yang paling maksimal untuk pertumbuhan 24 persen," kata Miranda Goeltom di Jakarta, Kamis.

Kamis, 22 Februari 2007

Pertumbuhan Investasi 2008 Bakal Turun

[Tempo Interaktif] - :Pemerintah memprediksi pertumbuhan investasi tahun depan bakal turun seiring perlambatan ekonomi global yang dipicu tren kenaikan harga minyak mentah dunia.

“Semester pertama mungkin belum ada pengaruh, tapi kalau harga (minyak mentah) naik terus, investasi 2008 akan terpengaruh,” ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Lutfi di Jakarta.

Pada perdagangan Jumat lalu, harga minyak mentah terus berfluktuasi hingga menembus rekor baru US$ 92,22 per barel. Perkiraan harga akan mencapai US$ 100 per barel pun terus mengemuka akibat tingginya kebutuhan minyak menjelang musim dingin serta memanasnya suhu politik Turki-Irak dan Amerika Serikat-Iran.

Lutfi menuturkan, faktor harga minyak mentah cukup mempengaruhi calon investor dalam menentukan negara pilihan untuk berinvestasi. Sebab, setiap kenaikan (harga minyak mentah) US$ 1 berpengaruh besar, terutama pada kenaikan harga bahan bakar minyak dan barang lain. "Walau begitu, Indonesia masih sangat kompetitif karena sedang memperbaiki value chain komoditi primer," tuturnya.